Kata Gabung dan Beragam Masalahnya
Kata Gabung dan Beragam Masalahnya | Menuliskan kata gabung yang sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam buku pedoman bahasa Indonesia masih belum diketahui secara benar oleh semua orang. Sebagian orang masih banyak yang keliru dan bingung bagaimana cara menuliskan kata gabung dengan tepat. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah karangan yang banyak dijumpai kesalahan dalam penulisan kata gabung.
Di dalam buku pedoman ejaan yang disempurnakan dikatakan sebagai berikut:
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, meja tulis, orang tua, kambing hitam, mata pelajaran, rumah sakit umum, kereta api cepat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar, bukusejarah-baru, mesin-hitung tangan, anak-istri, ibu-bapak, watt-jam.
Cobalah Anda perhatikan perbedaannya dalam kalimat di bawah ini:
- Anak-istri Paman semuanya sudah meninggal dunia. (yang dimaksud adalah anak paman dan istri paman).
- Anak istri-Paman yang menjadi tanggungan Paman ialah dua orang. (yang dimaksud ialah anak bawaan istri, yaitu anak istri dengan suami sebelumnya; anak tiri paman).
- Sekarang masih banyak dipakai mesin-hitung tangan. (yang dimaksud adalah mesin untuk menghitung yang digerakkan dengan tangan, bukan dengan listrik atau baterai)
Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Jenis-Jenis atau Macam-Macam Artikel
Jadi, kata hubung yang disisipi dengan tanda penghubung berfungsi sebagai alternatif agar pembaca tidak salah mendefinisikan kalimat yang dibaca. Kalau dalam penulisan kata gabung menimbulkan makna ganda, Anda sebaiknya menggunakan tanda garis penghubung untuk menegaskan makna yang dimaksud. Tulisan buku sejarah baru dapat diartikan ganda, 1) yang baru itu bukunya 2) yang baru itu sejarahnya. Kalau yang dimaksud adalah yang pertama, Anda harus membubuhkan tanda hubung antara kata yang pertama dan yang kedua (buku-sejarah baru). Tetapi jika yang dimaksud yang kedua, bubuhkanlah tanda hubung diantara kata yang kedua dan yang ketiga (buku sejarah-baru).
Melihat contoh-contoh di atas, kita ketahui bahwa kata gabung harus kita tuliskan secara terpisah sebagai dua kata. Demikian pula kata gabung yang mendapat imbuhan awalan atau akhiran, masih tetap ditulis secara terpisah sebagai dua kata. Tetapi, apabila kata gabung tersebut mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus, maka penulisannya harus disatukan, tidak boleh dipisah. Perhatikan contoh di bawah ini:
Tanggung jawab
Bertanggung jawab
Tanggung jawabnya
Berbeda dengan: Mempertanggungjawabkan
Dipertanggungjawabkan
Pertanggungjawaban
3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya: bismillah, silaturrahim, halalbihalal, barangkali, daripada, matahari, bumiputra, peribahasa, bilamana, apabila, manakala.
Kemudian, ada unsur bahasa yang hanya muncul dalam bentuk gabungan. Maksudnya unsur bahasa itu dalam pemakaian bahasa tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu muncul berkombinasi dengan unsur yang lain. Unsur seperti itu harus selalu dituliskan serangkai dengan unsur lain yang dilekatinya. Misalnya: amoral, antarkota, caturtunggal, mahasiswa, prasangka, nonkolaborasi,poligami, swadaya, semiprofesional, ultramodern.
Kalau kata yang dilekatinya itu berawalan huruf kapital, maka antara unsur gabungan dan kata yang dilekatinya dipisah dengan tanda penghubung; misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme, dan lain sebagainya. Sumber tulisan: Inilah Bahasa Indonesia yang Benar karya J.S. Badudu.
Di dalam buku pedoman ejaan yang disempurnakan dikatakan sebagai berikut:
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya: duta besar, meja tulis, orang tua, kambing hitam, mata pelajaran, rumah sakit umum, kereta api cepat.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar, bukusejarah-baru, mesin-hitung tangan, anak-istri, ibu-bapak, watt-jam.
Cobalah Anda perhatikan perbedaannya dalam kalimat di bawah ini:
- Anak-istri Paman semuanya sudah meninggal dunia. (yang dimaksud adalah anak paman dan istri paman).
- Anak istri-Paman yang menjadi tanggungan Paman ialah dua orang. (yang dimaksud ialah anak bawaan istri, yaitu anak istri dengan suami sebelumnya; anak tiri paman).
- Sekarang masih banyak dipakai mesin-hitung tangan. (yang dimaksud adalah mesin untuk menghitung yang digerakkan dengan tangan, bukan dengan listrik atau baterai)
Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Jenis-Jenis atau Macam-Macam Artikel
Jadi, kata hubung yang disisipi dengan tanda penghubung berfungsi sebagai alternatif agar pembaca tidak salah mendefinisikan kalimat yang dibaca. Kalau dalam penulisan kata gabung menimbulkan makna ganda, Anda sebaiknya menggunakan tanda garis penghubung untuk menegaskan makna yang dimaksud. Tulisan buku sejarah baru dapat diartikan ganda, 1) yang baru itu bukunya 2) yang baru itu sejarahnya. Kalau yang dimaksud adalah yang pertama, Anda harus membubuhkan tanda hubung antara kata yang pertama dan yang kedua (buku-sejarah baru). Tetapi jika yang dimaksud yang kedua, bubuhkanlah tanda hubung diantara kata yang kedua dan yang ketiga (buku sejarah-baru).
Melihat contoh-contoh di atas, kita ketahui bahwa kata gabung harus kita tuliskan secara terpisah sebagai dua kata. Demikian pula kata gabung yang mendapat imbuhan awalan atau akhiran, masih tetap ditulis secara terpisah sebagai dua kata. Tetapi, apabila kata gabung tersebut mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus, maka penulisannya harus disatukan, tidak boleh dipisah. Perhatikan contoh di bawah ini:
Tanggung jawab
Bertanggung jawab
Tanggung jawabnya
Berbeda dengan: Mempertanggungjawabkan
Dipertanggungjawabkan
Pertanggungjawaban
3. Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya: bismillah, silaturrahim, halalbihalal, barangkali, daripada, matahari, bumiputra, peribahasa, bilamana, apabila, manakala.
Kemudian, ada unsur bahasa yang hanya muncul dalam bentuk gabungan. Maksudnya unsur bahasa itu dalam pemakaian bahasa tidak pernah berdiri sendiri, tetapi selalu muncul berkombinasi dengan unsur yang lain. Unsur seperti itu harus selalu dituliskan serangkai dengan unsur lain yang dilekatinya. Misalnya: amoral, antarkota, caturtunggal, mahasiswa, prasangka, nonkolaborasi,poligami, swadaya, semiprofesional, ultramodern.
Kalau kata yang dilekatinya itu berawalan huruf kapital, maka antara unsur gabungan dan kata yang dilekatinya dipisah dengan tanda penghubung; misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme, dan lain sebagainya. Sumber tulisan: Inilah Bahasa Indonesia yang Benar karya J.S. Badudu.
Posting Komentar untuk "Kata Gabung dan Beragam Masalahnya"